Senin, 30 Agustus 2010

Ibadah Yang Disukai Allah adalah Taubat

Betapa balasan dari taubat nasuhah itu sangat utama. Dan dengan bertaubat sesungguhnya menjadikan kita mendapatkan kebahagiaan yang amat besar. "Ketahuilah, bahwa taubat merupakan iabdah yang sangat disukai Allah."Taubat mempunyai kedudukan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah yang lain. Dalam taubat basuhah terdapat rasa hina,rasa bersalah, rasa emah, rasa malu,rasa mengalah , rasa tunduk dan rasa patuh akan kuasa Allah swt.

Seorang wanita yang mulia derajatnya adalah wanita yang bertaubat karena dengan demikian wanita muslimah adalah dapat menggantikan setiap keburukan, yaitu dengan mengerjakan kebaikan dan berusaha untuk menjauh daru segala bentuk keburukan apapun. Artinya wanita yang bertaubat yang benar-benar taubat, ia akan cenderung untuk selalu berbuat baik karea tidak ingin mengulani dosa-dosanya.

" Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih, maka kejahatan mereka digantikan Allah dengan kebaikan.(QS. Al-Furqan 70)."

Kenapa kita sering kali menunda-nunda taubat..??

Kita males untuk menyegerakan taubat karena berfikir masi ada hari esok yang panjang.. atau dengan alasan karena masi muda dan masi ada waktu dihari tua untuk bertaubat. Sadarkah kita bahwa Allah menyukai pengakuan kita dalam bentuk taubat nasuhah...??


Betapa banyak para wanita muslimah, engan bertaubat nasuhah sebelum melewati umur panjang. Banyak diantara kita yang tidak melaksanakan sholat, tidak puasa dan durhaka kepada Allah akan tetapi tidak ada rasa kuatir dan tenang-tenang saja. Merasa bahwa umur berkurang.

Kenapa para wanita muslimah tidak menyadari bahwa besok atau lusa ajak akan menjemput... Sungguh kita benar-benar merugi jika menyia-nyiakan umur dan kesempatan untuk bertaubat. Jika ajal telah datang maka hanya penyesalan yang tiada berguna. Bertaubat ketika usia masi muda dan umur panjang sama dengan sedekah diwaktu shalat dan mengharap keabadian. Sedangkan bertaubat menjelang kematian (diusia tua) sama dengan menyedekahkan harta ketika menjelang kematian. Sepertinya kita belum mau bertaubat kecuali dalam keadaan terpaksa (sakit). Sedangkan ketika sehat dan muda umur digunakan untuk bersenang-senang dan hanya menurutkan hawa nafsu.

Maka ketika ajal telah datang, hanya penyesalah yang tiada guna... dan berkata "...Aku hanya mengejek dunia, hingga hilanglah hari-hariku." Ada juga yang meyesal "...Napas-napas telah berhenti karena ekluarnya roh dari badan, wahai saudaraku janganlah kamu tertipu oleh masa mudamu dan jangan pula kamu tertipu oelh dunia seperti diriku..."

Firman Allah swt;

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dsirilah kepada-Nya, sebelum datang adzab kepadamu, kemudian kamu dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadanu dari Tuhanmu seblum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba sedangkan kamu menyadarinya, agar jangan ada orang yang mengatakan "Sengguh besar penyesalan atas kelalaian dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah. Sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang mengolok-golokkan (agama Allah)" atau agar jangan ada yang berkata,"Kalau sekiranya Allah memberikan petunjuk bagiku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa." Atau agar jangan ada yang berkata ketika ia melihat adzab, "Kalau sekiranya aku dapat kembali (kedunia) pasti aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik."QS. Az-Zumar 54-58)
Taubat baru dapat dianggap sebagai penghapus dosa jika memenuhi beberapa persyaratan, antara lain sebagai berikut;
1.Menyesali dengan sunguh-sunguh perbuatan maksiat yang telah dilakukan
2.Meninggalkan perbuatan maksiat tersebut
3.Bertekat sepenuh hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat tersebut
Ketiga syarat jika menyangkut dosa seorang hamba terhadap Allah. Jika maksiat (kejahatan) itu tehadap sesama manusia selain syarat diatas ditambah lagi dengan.
Jika maksiat tersebut berkaitan dengan harta, maka diharuskan mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya. Jika pemiliknya tidak ada, maka kepada alhi warisnya, dan jika alhi waris tidak dijumpai, dikembalikan kepada Allah dengan memberikannya kepada sabilillah. Jika maksiat tersebut menyangkut kehormatan seseorang, maka orang yang bertaubat harus minta maaf.
Apa bila taubat ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memenuhi syarat-syaratnya, maka seseorang akan kembali menjadi fitrah; kemabli menjadi suci sebagaimana ketika baru terlahir kedunia.

0 komentar: